Harbani
Pasolong. 2004. Teori Administrasi
Publik. Bandung: Alfabeta (12 – 17)
TEORI ADMINISTRASI
PUBLIK
Teori administrasi menjelaskan
upaya-upaya untuk mendefinsikan fungsi universal yang dilakukan para pimpinan
dan asas-asas yang menyusun praktik kepemimpinan yang baik. Penyumbang utama teori administrasi ialah
seorang industrial prancis bernama Henry Fayol.
Karena itu, setiap pemikiran
tentang adminstrasi dan manajemen selalu diawali dari pemikiran Henry Fayol (1841-1952), dan Frederick Winslow Taylor (1856-1916). Henry Fayol disebut sebagai bapak
administrasi (father of modern
operational management theory).
Fayol menggunakan pendekatan
berdasarkan atas administrative management (manajemen administrasi),
sedangkan Taylor
karena pengalamannya berdasarkan analisanya atas operative management (manajemen operatif). Manajemen administrasi
adalah suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai pada tingkat pimpinan yang
terbawah. Sedangkan yang dimaksud dengan operarive
management ialah pendekatan dari
bawah ke atas.
Fayol adalah seorang insinyur
bangsa Perancis yang bekerja pada industri pertambangan. Berdasarkan studinya
ia menarik kesimpulan bahwa prinsip-prinsip pokok administrasi dapat diterapkan
pada semua bentuk organisasi. Permasalahan yang dihadapi oleh Fayol adalah
bagaimana ia dapat menyelamatkan suatu perusahaan pertambangan yang menghadapi
kebangkrutan.
Untuk menghadapi permasalahan
kebangkrutan Fayol mencoba metode-metode pekerjaan dan perencanaan pekerjaan.
Hasil karya ilmiah yang utama adalah Administration
Industrielle et Generalle (General and Industrial Administration), setelah
pensiun dalam usia 72 tahun ia mencurahkan diri dari sisa hidupnya dengan
mendirikan Pusat Studi Administrasi dan mencoba untuk menerapkan idenya pada
Administrasi Publik di Perancis.
Fayol memberikan tiga sumbangan
besar bagi pemikiran administrasi dan manajemen yaitu (1) aktivitas organisasi,
(2) fungsi dan tugas, (3) prinsip-prinsip administrasi dan manajemen.
Fayol juga merumuskan
fungsi-fungsi administrasi atau fungsi-fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling (POCCC).
Sedangkan Taylor, merumuskan prinsip-prinsip administrasi dan manajemen yaitu Palanning, Organizing, Actuating, Controling
(POAC).
Prinsip-prinsip Administrasi
Selanjutnya
Fayol dalam Robbins (2001:380), mengemukakan prinsip-prinsip administrasi
sebanyak 14 yaitu sebagai berikut. (1) Pembagian pekerjaan, prinsip ini sama
dengan pembagian tenaga kerja menurut Adam Smith, spesialisasi meningkatkan
hasil yang membuat tenaga kerja lebih efisien. (2) Wewenang. Manajer harus
memberi perintah, wewenang akan membuat mereka melakukan dengan baik. (3).
Disiplin. Tenaga kerja harus membantu dan melaksanakan aturan yang ditentukan
organisasi. (4) Kesatuan komando. Setiap tenaga kerja menerima perintah hanya
dari yang berkuasa. (5) Kesatuan arah. Beberapa kelompok aktivitas organisasi
yang mempunyai tujuan yang sama dapat diperintahkan oleh seorang manajer menggunakan
satu rencana. (6) mengalahkan kepentingan individu untuk kepentingan umum.
Kepentingan setiap orang, pekerja atau kelompok pekerja tidak dapat diutamakan
dari kepentingan organisasi secara keseluruhan. (7) Pemberian upah. Pekerja
harus dibayar dengan upah yang jelas untuk pelayanan mereka. (8) Pemusatan.
Berhubungan pada pembandingan yang mana mengurangi keterlibatan dalam
pengambilan keputusan. (9) Rentang kendali. Garis wewenang dari manajemen
puncak pada tingkatan di bawahnya merepresentasikan rantai scalar. (10) Tata
tertib. Orang dan bahan-bahan dapat ditempatkan dalam hal yang tepat dan dalam
waktu yang tepat. (11) Keadilan. Manajer dapat berbuat baik dan terbuka pada
bawahannya. (12) Stabilitas pada jabatan personal. Perputaran yang tinggi merupakan
ketidakefisienan. (13) Inisiatif. Tenaga kerja yang menyertai untuk memulai dan
membawa rencana yang akan menggunakan upaya pada tingkat tinggi. (14) Rasa
persatua. Kekuatan promosi tim akan tercipta dari keharmonisan dan kesatuan
dalam organisasi.
Sedangkan Hebert Simon (2400:68), membagi empat prinsip-prinsip administasi
yang lebih umum: (1) efisien administrasi dapat ditingkatkan melalui suatu
spesialisasi tugas dikalangan kelompok, (2) administrasi ditingkatkan dengan
anggota kelompok di dalam suatu hirarki yang pasti . (3) efisien administrasi
dapat ditingkatkan dengan membatasi jarak pengawasan pada setiap sector da
dalam organisasi sehingga jumlahnya menjadi kecil, (4) efisiensi administrasi
ditingkatkan dengan mengelompokka pekerjaan, untuk maksud-maksud pengawasan
berdasarkan: tujuan, proses, langganan, tempat.
Focus utama teori Administrasi menurut Fayol dalam Adam Kuper & Jessica Kuper (2000:605), adalah penentuan tipe spesialisasi
dan hirarki yang paling mengoptimalkan efisiensi organisasi. Teori administrasi
dibangun atas empat pilar utama:yaitu pembagian tenaga kerja, proses skala dan
fungsional, struktur organisasioanl dan rentang kendali (span of control)
Teori adminitrasi menurut Wiliam L. Mor.ow, dalam Ali
Mufiz, (2004) sebagai berikut: (1) Teori
Deskriptif adalah teori yang menggambarkan apa yang
nyata terjadi dalam sesuatu organisasi dan memberikan postulat mengenai
faktor-faktor yang mendorong orang berperilaku. (2) Teori Perspektif adalah teori yang menggambarkan perubahan-perubahan
di dalam arah kebijakan publik, dengan mengeksplotasi keahlian berokrasi,
penekanan teori ini ada adalah untuk melakukan pembaharuan, melakukan koreksi
dan memperbaiki proses pemerintahan. (3) Teori
Normatif pada dasarnya teori mempersoalkan peranan birokrasi. (4) Teori Asumtif, adalah teori yang memusatkan perhatiannya pada
usaha-usaha untuk memperbaiki praktik administrasi. (5) Teori Istrumental adalah
teori yang bermaksud untuk melakukan konseptualisasi mengenai cara-cara untuk
memperbaiki teknik manjemen, sehingga dapat dibuat sasaran kebijakan secara
lebih realistis.
Teori menurut Stephen P. Robbins dalam Ali Mufiz (2004), sebagai berikut: (1)Teori Hubungan Manusia. Teori ini
semula dirintis oleh Elton Mayo. Pengembangan teori Mayo didasarkan pada
penemuan selam memimpin proyek Hawtorne yang
berada di leingkungan Western Electric
Company pada tahun 1927-1932. (2)
Teori Pengambilan Keputusan . Para pemikir yang menonjol dalam bidang ini
adalah Simon, March, Russel Eckoff, Jay
Forrester, Martin Starr dan Kenneth Boulding.dalam proses pengambilan keputusan
para pemikir menyarankan dipergunakan statistik, model optimasi, model informasi dan simulasi.
(3) Teori Perilaku. Teori perilaku
sebenarnya bermaksud untuk mengitegrasikan semua pengetahuan mengenai anggota
organisasi, struktur dan prosesnya. (4) Teori
Sistem. Dalam teori ini, organisasi
dipandang sebagai suatu system yang menampilkan karakteristiknya sebagai
penerima masukan (input absorbers),
pengolah (prosesor), dan penghasil (output generatot). Selanjutnya kerangka
pemikiran system akan menunjukan dua hal: (a) bahwa perubahan dari atau dalam
salah satu subsistem akan mengkibatkan perubahan pada subsistem-subsistem
lainnya. (b) suatu system akan selalu berhubungan dengan system yang lebih
besar. (5) Teori Kontigensi. Pada awalnya teori ini dipergunakan pada
pengembangan struktur organisasi yang dirancang agar secara optimal dapat
mengadaptasi teknologi dan lingkungan.
Teori administaris menurut K. Bailey, dalam Necholas Henry, (1988:31-34), yaitu ditingkat dari upaya-upaya yang
telah dilakukan untuk memperbaiki proses pemerintahan. Selanjutnya Bailey
mengemukakan empat kategori teori administrasi public, dan setiap kategori
teori mempunyai pusat perhatian yang berbeda satu sama lain. (1) Teori
deskriptif atau deskripsi struktur bertingkat dan berbagai hubungan dengan
lingkungan kerjanya. (2) Teoti Normatif atau nilai-nilai yang menjadi tujuan
bidan ini, alternative keputusan yang seharusnya diambil oleh penyelenggara
administrasi public (praktisi) dan apa yang seharusnya dikaji dan dianjurkan
kepada pelaksana kebijakan. (3) Teori Asumtif, pemahaman yang benar tergadap
realitas seorang administrator, suatu teori yang tidak mengambil asumsi model
setan muapun model malaikat berkras (4) Teori Instrumens, atau peningkatan
teknik-teknik manajerual dalam rangka efisiensi dan efektivaras pencapian
tujuan publik.
Selanjutnya Herbert A. Simon ( 2004:26, mengatakn bahwa teori administrasi pada
hakekatnya menyangkut batas-batas aspek perilaku manusia yang rasional dan yang
tidak rasional. Teori administrasi menurut Simon adalah secara kahs juga
merupakan teori rasionalitas yang diharapkan dan terbatas teori mengenai
perilaku manusia yang mementingkan kepuasan karena ia tak memiliki kecerdasan
untuk berusaha mencapai titik maksimum.
Jadi dapat dikatakan bahwa Teori Adminstrasi Publik adalahserangkaian
konsep yang berhubungan dengan kepublikan yang telah diuji kebenarannya melalui
riset, dalam hal pencapaian tujuan secara efisien dan efektif.
Sundarson,
dkk. 2006. Teori Administrasi Jakarta: Universitas Terbuka.
TEORI ADMINISTRASI
Menurut Charles A. Beard tidak ada sesuatu hal untuk abad modern sekarang
ini yang lebih penting dari Administrasi. Kelangsungan hidup pemerintahan yang
beradab itu sendiri akan sangat tergantung atas kemampuan kita untuk membina
dan mengembangkan suatu administrasi yang mampu memecahkan masalah-masalah
masyarakat modern.
Sondang Siagian mendefinisikan administrasi sebagai "keseluruhan
proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ada
beberapa hal yang terkandung dalam definisi di atas. Pertama, administrasi
sebagai seni adalah suatu proses yang diketahui hanya permulaannya sedang
akhirnya tidak ada. Kedua, administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu, yaitu
1) adanya dua manusia atau lebih, 2) adanya tujuan yang hendak dicapai, 3)
adanya tugas atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan, 4) adanya peralatan dan
perlengkapan untuk melaksanakan tugas-tugas itu. Ketiga, administrasi sebagai
proses kerja sama bukan merupakan hal yang baru karena ia telah timbul
bersama-sama dengan timbulnya peradaban manusia.
Administrasi sebagai seni dan ilmu. Administrasi sebagai seni adalah
suatu proses yang diketahui hanya permulaan dari suatu kegiatan sedang kapan
berakhirnya kegiatan itu sendiri tidak diketahui. Administrasi sebagai proses
kerja sama bukan merupakan hal yang baru karena ia telah timbul bersama-sama
dengan timbulnya peradaban manusia. Tegasnya, administrasi sebagai
"seni" merupakan suatu social phenomenon.
Sampai dengan tahun 1886, manusia hanya mengenal administrasi sebagai
seni. Kemudian, pada tahun 1886 itu timbullah suatu ilmu baru, yang sekarang
ini dikenal dengan Ilmu Administrasi yang objek studinya tidak termasuk objek
studi ilmu-ilmu yang lain. Ilmu Administrasi telah pula memiliki metode
analisisnya sendiri, sistematikanya sendiri, prinsip-prinsip, dalil-dalil serta
rumus-rumusnya sendiri.
Sekarang ini administrasi dikenal sebagai suatu artistic science karena
di dalam penerapannya "seninya" masih tetap memegang peranan yang
menentukan. Sebaliknya seni Administrasi dikenal sebagai suatu scientific art
karena seni itu sudah didasarkan atas sekelompok prinsip-prinsip yang telah
teruji "kebenarannya".
Bidang-bidang atau percabangan dari pembagian ilmu administrasi dapat
dibedakan secara vertikal dan horizontal. Secara vertikal, berarti penekannya
pada sifat atau karakter dari kerja sama yang ada, dapat dibagi-bagi ke dalam
cabang-cabang 1) administrasi kenegaraan (public administration); 2)
administrasi perusahaan (business administration), dan 3) administrasi
kemasyarakatan (social administration).
Secara horizontal berarti melihat administrasi dilihat dari aspek teknisnya/unsur-unsurnya.
Kajian ilmu administrasi ini adalah aspek teknis/unsur-unsur administrasi yang
mencakup 1) organisasi, 2) manajemen, 3) kepegawaian, 4) keuangan, 5)
perlengkapan, 6) pekerjaan kantor, 7) tata hubungan/komunikasi, dan 8)
perwakilan/public relation.
Sulit bagi kita membuat rumusan (definisi) yang singkat tentang
Administrasi Negara, untuk itu para ahli berusaha mencoba mengatasinya dengan
mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang ada dalam praktik Administrasi Negara,
yang berfokus pada aktivitas administrator dalam melaksanakan kebijakan
pemerintah/negara.
Peran
Teori dan Evolusi Teori Administrasi
Menurut
Bailey peran teori dalam administrasi publik bisa dilihat dari aspek studi
maupun praktik administrasi publik, untuk itu kita perlu mengetahui
penggolongan teori dalam studi administrasi publik menurut terminologinya. Ada empat golongan teori
menurut Bailey, yaitu teori-teori berikut ini.
- Deskriptif
- Normatif.
- Asumtif.
- Instrumental.
Morrow memunculkan satu golongan teori di luar empat golongan tersebut di
atas, yaitu teori preskriptif.
Peran teori deskriptif lebih menekankan pada penggambaran dan penguraian
tentang apa itu administrasi publik, objek studinya, hubungan komponen-komponen
di dalam administrasi publik dan hubungan administrasi publik dengan
lingkungannya. Teori normatif menekankan pada pembahasan atas jawaban
pertanyaan peran apakah yang seharusnya dimainkan oleh administrasi publik
dalam menjalankan kegiatannya, dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
Peran teori asumtif, menurut Bailey teori asumtif berhubungan dengan
pertanyaan untuk apa peran-peran birokrasi publik yang akan dimainkan dalam
perubahan kebijakan dan untuk menemukan jawaban bagaimana para administrator
telah menyumbang terhadap peran pemerintah modern yang bertindak cepat. Setiap
administrator publik mempunyai asumsi-asumsi operasional tentang
kebiasaan/kelaziman manusia dan tentang apa yang dikerjakan oleh lembaga,
tetapi diselidiki ahli teori administrasi publik yang telah memperhalus
proposisi-proposisi yang mereka asumsikan. Penyempurnaan akhir praktik
administrasi akan tergantung pada kemampuan ahli-ahli teori dalam
memformulasikan secara konsisten dan memfokuskan atas citra kepribadian orang
dan kapasitas lembaga.
Peran teori instrumental terutama menyediakan teknik-teknik administrasi
manajemen untuk merumuskan tujuan-tujuan kebijakan lebih banyak lagi, hal ini
untuk menyalurkan impian-impian mereka. Bailey menyebutnya teori instrumental
karena teori ini memfokuskan diri pada usaha-usaha harmonisasi dan koordinasi
aparatur administrasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Bailey menggarisbawahi pentingnya teori instrumental dalam
administrasi publik.
Taylorisme, ajaran Taylor
atau sering juga disebut sebagai aliran manajemen ilmiah, menekankan pada
peleburan atau penyatuan sumber daya dan tenaga kerja untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan cara yang lebih efisien.
Ajaran Taylor menekankan pada manajemen mekanik, ukuran alat-alat kerja, gerakan
para pekerja dan training pekerja untuk keahlian-keahlian mekanik dan
supervisor dengan tujuan untuk memperoleh "satu cara yang terbaik"
guna mengimplementasikan suatu kebijakan yang ditetapkan sebelumnya.
Gulick memperkenalkan idenya/gagasannya mengenai POSDCORB, yang
direpresentasikan dalam perkataannya "suatu rumusan yang dimaksudkan untuk
memperhatikan bahwa pekerjaan pimpinan eksekutif itu merupakan unsur-unsur
fungsional yang beragam". PODSCORB adalah suatu istilah yang mencakup
tanggung-jawab eksekutif atas suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
penyusunan staf, koordinasi, pelaporan, dan penganggaran.
Tulisan Weber menekankan pada deskripsi yang agak preskripsi, yang
memusatkan perhatian pada pola-pola kewenangan di dalam birokrasi, di mana
Weber menguraikan tiga tipe ideal kewenangan, yaitu tradisional, kharismatik,
dan rasional. Masing-masing tipe ideal disesuaikan dengan kegunaan dan
urgensinya. Weber menemukan hal ini dalam studinya di masyarakat yang beragam.
Model Weberian yang dilambangkan oleh praktik demokrasi Barat, ini
sebagai model rasional dengan tekanannya pada aturan-aturan dan prinsip-prinsip
legal formal. Malahan sebagai pemberian status dan kewenangan ke
individu-individu. Masyarakat Barat memuja-muja tata hukum meskipun ini abstrak
dan tidak berkepribadian. Ciri-ciri lain model rasional termasuk di dalamnya
pembagian kerja secara ilmiah, hierarki hubungan atasan-bawahan, pemilihan
pegawai berdasarkan jasa sebagai lawan patronase (perlindungan).
Simon memberi kesan bahwa faktor-faktor sosial dan psikologi sosial
mempengaruhi sika-sikap pekerja, termasuk analisis deskriptif organisasinya.
Pemilihan "satu cara terbaik" untuk meng-implementasikan program akan
dipertimbangkan faktor-faktor kemanusiaan sebagai formalitas dari organisasi
dan pembagian kerja. Mengabaikan terhadap faktor-faktor psikologi sosial, Simon
membantah, dapat menghasilkan kurang dari pada banyak, efisiensi.
Maslow dan Chris Argyris adalah ahli teori aktualisasi diri menyatakan
bahwa dalam jiwa orang (laki-laki) terdapat suatu hierarki kebutuhan yang mana
ia mencoba untuk memuaskannya dengan sebagai pekerja. Di dasar piramida adalah
kebutuhan fisik dasar, seperti kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat berteduh.
Selanjutnya, derajat kebutuhan yang lebih tinggi, ia mencari persahabatan dan
kehormatan dari rekan sekerja.
Selanjutnya derajat kebutuhan
yang lebih atas, ia memuaskan egonya melalui prestasinya kerjanya dan pengakuan
dari sesama rekan sekerjanya. Akhirnya, pada tingkat paling atas, orang mengaktualisasikan
dirinya dengan menyatukan kesuksesan dan tanggung jawab di posisinya dengan
cita-cita pribadinya.
Teori
Klasik Administrasi
Mekipun ada semacam pesimisme dari sementara ahli, namun ternyata
Birokrasi masih cukup favorit untuk dibahas. Birokrasi ini ternyata menjadi
sesuatu yang tidak bisa dihindari (unavoidable) karena untuk urusan apa pun
kita tetap akan berhubungan dengan birokrasi. Sebenarnya dengan tipe idealnya,
birokrasi dimaksudkan untuk memperlancar, mempermudah, mempercepat, mengefisienkan
proses administrasi, namun apa yang terjadi tidak selalu demikian. Kesan yang
negatif selalu muncul.
Termasuk dalam kelompok pelopor teori klasik adalah Frederik W. Taylor meskipun latar
belakang pendidikan dan pekerjaannya adalah di bidang teknik, ia dikenal
sebagai "bapak manajemen ilmiah". Pemikirannya yang cemerlang mampu
mengembangkan suatu cara terbaik untuk metode kerja yang baru, menciptakan
standar kerja, menemukan orang yang tepat untuk suatu jenis pekerjaan tertentu
melalui proses seleksi dan menyediakan peralatan dan perlengkapan kerja yang
terbaik bagi pekerja.
Pelopor teori klasik lainnya adalah Henry Fayol yang sangat terkenal
dengan 14 prinsip administrasi yang ditulis dalam bukunya berbahasa Perancis
Administration Industrielle en Generale. Dari enam jenis kegiatan sebuah
perusahaan ternyata yang lebih banyak disorot oleh Fayol adalah hal yang
terakhir, yakni aspek manajerial, sementara lima kegiatan yang lain tidak banyak
mencurahkan perhatiannya karena sudah banyak ahli lain yang membahasnya.
POSDCORB dari Gulick dan Urwick merupakan gambaran kegiatan utama dari
para eksekutif di dalam organisasi yang meliputi planning, organizing,
staffing, directing, coordinating, reporting, dan budgeting yang melahirkan
beberapa konsekuensi terhadap teori administrasi, seperti dikotomi antara
politik dan administrasi sebagai bagian yang sentral dari proses administrasi.
Teori Neoklasik
Administrasi
Dalam bukunya
Administrative Behavior, Herbert Simon mengemukakan tiga tema utama dalam proses
pengambilan keputusan dalam organisasi yaitu sebagai berikut. Keputusan adalah
kegiatan sentral dari organisasi.
Instrumental
reason atau alasan-alasan instrumental adalah bersifat sentral di dalam
perbuatan keputusan administratif dan pemahaman organisasi.
Konsep
satisfying atau memuaskan yang merupakan pembatalan yang signifikan terhadap
rasionalitas dan dampaknya terhadap perilaku organisasi merupakan kondisi utama
di dalam pembuatan keputusan.
Teori-Teori
Klasik dan Neoklasik Yang Perspektif
Mengawali
teori klasik di bidang administrasi publik ini adalah teori Birokrasi dari
Weber. Ternyata ada sedikit perbedaan pandangan penulis mancanegara dengan
penulis dalam negeri tentang birokrasi. Teoretisi lainnya yang masuk kelompok
klasik ini adalah Taylor
dan Fayol.
Apabila kita
mengkritisi teori-teori Neoklasik maka yang menarik adalah pandangan Herbert
Simon tentang Konsep Rasionalitas Murni (Pure Rationality) dan Rasionalitas
Terbatas (Bounded Rationality) pada proses pengambilan keputusan di dalam organisasi.
Demikian juga perbandingan pemikiran-pemikiran intelek dari Herbert Simon dan
Chester Barnard.
Hubungan
Kemanusiaan
Pendahulu-pendahulu
Teori Hubungan Kemanusiaan meskipun masih terikat pada pandangan Teori
Organisasi Klasik, tetapi telah mulai menekankan bahwa manusia adalah unsur
penting yang perlu mendapatkan perhatian yang penuh dari organisasi.
Studi
Hawthorne yang menyangkut serangkaian penelitian mengenai tingkah laku manusia
dalam situasi kerja pada perusahaan Western Electric Company yang berlangsung
sejak tahun 1924 sampai tahun 1933 menemukan Konsep Manusia Sosial yang
didorong oleh kebutuhan sosial yang menginginkan imbalan hubungan pada
pekerjaan dan yang merespons lebih besar terhadap tekanan-tekanan kelompok
kerja dibandingkan terhadap kendali manajemen sehingga pendapat teori klasik
tentang Manusia Rasional yang dimotivasi oleh kebutuhan ekonomi pribadi berubah
menjadi Konsep Manusia Sosial yang menekankan pada hubungan-hubungan dalam
kelompok kerja. Namun demikian perlu pula diperhatikan berbagai kritik yang
dilontarkan terhadap penelitian Hawthorne
ini baik dari aspek konsep, metodologi, maupun kesimpulan-kesimpulan yang
diperoleh.
Chester
Barnard dalam bukunya The Functions of the Executive sangat menaruh perhatian
besar terhadap organisasi terutama organisasi formal yang dianggapnya memiliki
karakter yang paling penting dari kehidupan sosial serta sebagai suatu aspek
struktur utama masyarakat itu sendiri. Barnard menaruh perhatian besar hampir
secara eksklusif pada proses bagaimana individu-individu berhubungan dan
dipengaruhi oleh organisasi. Inti daripada proses ini adalah cooperation atau
kerja sama.
Untuk dapat
lebih memahami teori kehidupan organisasi dari Barnard perlu diperhatikan 3
hal, yaitu organisasi sebagai suatu sistem, organisasi formal, dan organisasi
informal, dan peranan eksekutif.
Teori-Teori
Perilaku Manusia
Dalam Teori
Perilaku Manusia yang muncul, kemudian dijelaskan berbagai konsep dari Abraham
Maslow, Douglas McGregor, dan Warren Bennis. Abraham Maslow dengan Teori
Tingkat Kebutuhannya sangat menekankan pada self actualization man atau manusia
yang dapat mengaktualisasikan potensi dirinya. Maslow melihat kebutuhan manusia
dalam suatu jenjang tangga mulai dari kebutuhan dasar dan kebutuhan yang lebih
tinggi. Maslow menekankan pada konsep partisipasi dan self actualization
man-nya adalah sinonim dengan konsep organizational democracy.
Penulis
berikutnya adalah Douglas McGregor yang sangat terkenal dengan Teori X dan
Teori Y-nya. Teori X dan Teori Y ini sebetulnya adalah asumsi sadar atau tidak
sadar yang dipergunakan manajer dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya, yang
apabila dilaksanakan sepenuhnya akan mempunyai konsekuensi self full filling
prophecy.
Salah seorang
teoretisi Human Relation yang dibahas berikutnya adalah Warren Bennis yang
mengatakan bahwa demokrasi tidak dapat dielakkan dalam organisasi yang pada era
tahun 1960-an dan tahun 1970-an menjadi bidang yang menarik bagi para teoretisi
administrasi.
Jenis-jenis Teori Administrasi Negara
1.
Ada berbagai macam teori administrasi negara
yang dikemukakan oleh para ahli. Misalnya yang diajukan oleh:
a) William L Morrow, yang menyebutkan teori
administrasi negara terdiri dari:
2.
Empat kategori
teori administrasi negara yang dikemukakan oleh Bailey, diangkat dari
upaya-upaya yang telah dilakukan untuk memperbaiki proses pemerintahan. Setiap
kategori teori tersebut mempunyai pusat perhatian yang berbeda satu sama lain.
Teori deskriptif berkaitan dengan soal “apa” dan “mengapa”; teori normatif
berkenaan dengan soal “apa yang seharusnya” dan “apa yang baik”; teori asumtif
berhubungan dengan soal “pre-kondisi” dan “kemungkinan-kemungkinan”; sedangkan
teori instrumental berkenaan dengan soal “bagaimana”dan “kapan”.
Mazhab-mazhab Teori Administrasi Negara
1.
Menurut C.L.
Sharma ada enam mazhab teori administrasi negara, yakni: mazhab proses
administrasi, empirik, perilaku manusia, sistem sosial, matematika, dan teori
keputusan.
2.
Gerald Caiden
mengemukakan delapan mazhab teori administrasi negara, yang terdiri dari:
mazhab proses administrasi, empirik, perilaku manusia, analisis birokratik,
sistem sosial, pembuatan keputusan, matematika, dan integrasi.
3.
Kedelapan
mazhab teori administrasi negara seperti yang dikemukakan oleh Caiden,
sebenarnya dapat dikelompokkan lagi dalam dua mazhab: mazhab reduksi proses
administrasi dan mazhab sistem holistik administrasi. Tetapi pengelompokan ini
juga tidak memuaskan, yang pada gilirannya melahirkan mazhab integrasi.
4.
Para
pendukung mazhab integrasi (integrationis) bermaksud untuk mengintegrasikan
semua teori administrasi negara. Ada
dua strategi yang mereka tempuh. Pertama dengan melakukan konsolidasi teori-teori
administrasi, dan kedua dengan meleburkan semua administrasi negara menjadi
satu teori yang tertinggi.
http://kidispur.blogspot.com/2009/01/teori-administrasi-negara.html
Teori deskripsi-eksplanatif
memberikan penjelasan secara abstrak realitas administrasi negara, baik dalam
bentuk konsep, proposisi, atau hukum. Salah satu contoh adalah konsep hirarki
dari organisasi formal. Konsep tersebut menjelaskan ciri umum dari organisasi
formal, yaitu adalnya penjenjangan dalam struktur organisasi. Konsep yang
sederhana seperti hirarki ini bisa berkembang menjadi hirarki dalam mekanisme
kerja organisasi publik, dimana seorang manajer organisasi publik kurang
lengkap dijelaskan sebagai orang yang beradda dipucuk hirarki suatu organisasi
dan secara eksklusif bekerja dalam struktur internal tersebut, karena disamping
organisasi yang dipimpinnya, ia juga harus berhubungan dengan organisasi atau
kelompok sosial/politik lain yang juga memiliki hirarki sendiri. Dalam hal
ini, manajer suatu organisasi lebih cocok dijelaskan sebagai broker yang
senantiasa harus bernegosiasi menjembatani kepentingan organisasinya dengan
kepentingan diluar organisasi yang ia pimpin. Pada dasarnya teori ini
menjawab dua pertanyaan dasar yaitu apa dan mengapa atau apa
berhubungan dengan apa.
Pertanyaan pertama apa,
menuntut jawaban deskriptif mengenai satu realitas tertentu yang dijelaskan
secara abstrak ke dalam satu konsep tertentu misalnya, hirarki organisasi
formal, hirarki kebutuhan; organisasi formal, konflik peranan, ketidakjelasan
peranan, semangat kerja dan lain-lain.
Pertanyaan mengapa atau
berhubungan dengan apa menuntut jawaban eksplanatif atau diagnostik mengenai
keterkaitan antara satu konsep abstrak tertentu dengan konsep abstrak lainnya.
Misalnya konflik peranan berhubungan dengan tipe kegiatan, apakah
departemental atau koordinatif. Artinya kegiatan yang bersifat
departemental cenderung kurang menimbulkan konflik peranan diantra para
pengambil keputusan dan pelaksana, dibanding jika kegiatan tersebut
dilaksanakan secara koordinatif.
Hubungan satu konsep dengan
konsep lain dapat lebih kompleks dari sekedar hubungan kausal antara dua
variabel dapat bersifat timbal balik atau sistematik.
2.
Teori Normatif
Teori normatif bertujuan menjelaskan
situasi administrasi masa mendatang secara prospektif. Termasuk dalam
teori normatif adalah utopi, misalnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila atau keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Teori normatif
juga dapat dikembangkan dengan merumuskan kriteria-kriteria normatif yang lebih
spesifik, seperti efisiensi, efektivitas, responsibilitas, akuntabilitas,
ekonomi, semangat kerja pegawai, desentralisasi,partisipasi, inovasi,
demokrasi, dan sebagainya. Teori normatif memberikan rekomendasi ke arah
mana suatu realitas harus dikembangkan atau perlu diubah dengan
menawarkan kriteria normatif tertentu.
Letak persoalan dalam teori
normatif adalah bahwa kriteria normatif yang ditawarkan dalam literatur
tidaklah selalu saling mendukung, tapi dalam beberapa hal dapat saling
bertentangan. Penekanan yang terlalu tinggi pada efisiensi dapat
mengorbankan perataan. Penekanan yang terlalu tinggi pada efisiensi dapat
mengorbankan perataan. Demikian pula sentralisasi diperlukan dalam rangka
menjaga koordinasi, tetapi sentralisasi yang berlebihan dapat mengorbankan
akuntabilitas dan inovasi.
3. Teori
Asumsi
Teori asumsi menekankan pada
prakondisi atau anggapan adanya suatu realitas sosial dibalik teori atau
proposisi yang hendak dibangun.
4. Teori
Instrumental
Pertanyaan pokok yang dijawab
dalam jenis teori adalah "bagaimana" dan "kapan".
Teori instrumental merupakan tindak lanjut (maka) dari proposisi
"jika-karena". Misalnya jika sistem administrasi berlangsung
secara begini dan begitu karena ini dan itu, jika desentralisasi dapat
meningkatkan efektifitas birokrasi, jika manusia dan institusinya sudah siap
atau dapat disiapkan ke perubahan sistem administrasi ke arah desentralisasi
yang lebih besar, maka strategi, teknik, dan alat apa yang dikembangkan untuk
menunjangnya?.
http://wsmulyana.wordpress.com/
Teori Administrasi
Teori administrasi adalah bagian kedua dari tiga dasar teori klasik
organisasi (Hick dan Gullett, 1975). Di sini terdapat perbedaan yang dibiaskan
pada praktek manajerial dalam teori administrasi. Mengingat teori birokrasi
memberikan penjelasan organisasi yang dibangun secara “ideal”, teori
administrasi merumuskan strategi spesifik untuk menerapkan struktur birokrasi.
Teori administrasi menterjemahkan banyak prinsip dasar model birokrasi secara
deskriptif ke dalam prinsip praktek manajerial preskriptif. Buktinya, teori
administrasi memiliki gelar populer sebagai “prinsip manajemen” (Hick dan
Gullett, 1975).
Teoritikus administrasi pertama dan paling berpengaruh adalah industrialis
berkebangsaan Perancis yaitu Henry Fayol. Pada tahun 1916, Fayol
mengidentifikasi beberapa prinsip manajemen. Dalam tonggak sejarahnya buku
berjudul Manajemen Umum dan Industri (yang diterjemahkan kembali ke dalam
bahasa Inggris di tahun 1949) itu telah menjadi titik tolak dari teori
administrasi. Prinsip-prinsip tersebut telah diterapkan secara luas pada desain
dan praktek organisasi dan memberikan pengaruh kuat pada desain dan
administrasi organisasi industri modern. Beberapa prinsip dasar manajemen yang
telah diperkenalkan oleh Fayol kemudian menjadi sesuatu yang biasa kita temukan
sekarang ini, tetapi itu merupakan refleksi dari aplikasi dan penggunaannya
yang luas. Banyak prinsip dasar yang serupa dengan model birokrasi yang
didefinisikan oleh Weber. Fayol (1949) mendefinisikan 20 prinsip dasar
manajemen.
Perencanaan mengarahkan para manajer untuk menganalisa tugas dan
tujuan organisasi dan untuk merancang strategi spesifik maupun mengidentifikasi
bahan baku dan
personil yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tujuan organisasi. (Untuk
mengetahui seberapa jauh prinsip dasar ini memiliki kesamaan dengan “kaidah,
aturan dan prosedur yang diformalisasikan” oleh prinsip birokrasi Weber, lihat
tabel 3.1 halaman 78).
Organisasi mengarahkan para manajer untuk mengalokasikan
personil, peralatan dan sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tujuan
organisasi yang diidentifikasi dalam perencanaan.
Perintah menuntut para manajer untuk mengarahkan aktivitas
anggota kelompok anggota organisasi yang berbeda untuk menyelesaikan tujuan
organisasi.
Kontrol mengharuskan para manajer menggunakan kewenangan mereka
untuk memastikan bahwa tindakan pekerja sesuai dengan tujuan dan aturan
organisasi (untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan
prinsip birokrasi “hirarki” Weber; lihat Tabel 3.1).
Bidang pekerjaan mengarahkan pengembangan kemampuan kerja khusus
dari anggota organisasi sehingga mereka dapat berkonsentrasi pada tugas-tugas
tertentu sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. (Untuk mengetahui
seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan “spesialisasi peran anggota
organisasi“ Weber; lihat Tabel 3.1).
Otoritas memberdayakan para manajer untuk menggunakan kekuasaan
dan kontrol terhadap bawahan guna mengarahkan aktivitas mereka terhadap produk
organisasi. Bawahan dituntut menghasilkan sesuai kewenangan atasan yang ada
dalam organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut
dengan prinsip birokrasi “hirarki“ Weber; lihat Tabel 3.1).
Disiplin mengarahkan semua anggota organisasi untuk menyampaikan
kaidah dan panduan organisasi dan hukuman khusus bagi anggota organisasi yang
gagal dalam melaksanakan tugas sesuai aturan perusahaan. (Untuk mengetahui
seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “profesionalisme“
Weber; lihat Tabel 3.1).
Kesatuan perintah menyatakan bahwa setiap anggota organisasi
harus menerima arahan dari satu atasan saja dan bertanggung jawab kepada orang
tersebut. Prinsip ini berfungsi untuk meningkatkan kejelasan peran kerja dengan
cara mengenali siapa yang bertanggung jawab terhadap apa dan siapa yang
berwenang terhadap siapa dalam aktivitas organisasi.
Rantai scalar menyatakan bahwa anggota organisasi harus menjawab langsung
kepada atasan mereka dan mengawasi langsung bawahan mereka. Rantai scalar
membentuk jalur interaksi vertikal di antara atasan dan bawahan sepanjang
rantai komando hirarki organisasi (Gambar 3.1). ia mengidentifikasi rute utama
susunan untuk kaidah dan pengarahan yang diikuti dengan jalur komunikasi dan
mampu menciptakan interaksi sulit di antara anggota organisasi yang berada
dalam posisi rantai komando paralel di dalam organisasi. Untuk mengatasi
masalah ini, Fayol menyatakan bahwa dalam lingkungan tertentu (keadaan darurat,
misalnya), anggota organisasi dapat berkomunikasi secara horisontal, atau
lintas rantai komando secara paralel dengan rekan sekerja untuk
mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas organisasi. Prinsip dasar ini mengatasi
masalah komunikasi horisontal terbatas di antara anggota organisasi dengan tingkat
hirarki yang sama dalam organisasi. Fayol menyebut saluran horisontal, yang
dalam efeknya memecah rantai scalar, sebagai “jembatan,” tetapi ia kemudian
lebih dikenal dengan “jembatan Fayol” (Gambar 3.2)
Kesatuan arah menyatakan bahwa anggota organisasi harus satu
pikiran, bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan organisasi. Prinsip dasar ini
menggambarkan sebuah penekanan terhadap produk organisasi terhadap produk
anggota organisasi individual. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip
tersebut dengan prinsip birokrasi “profesionalisme“ Weber; lihat Tabel 3.1:78).
Bawahan individu bagi kelompok yang lebih besar mengarahkan
anggota organisasi secara individu untuk bertindak sesuai kepentingan
organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan
prinsip birokrasi “profesionalisme“ yang menekankan pentingnya organisasi
untuk berhadapan dengan anggota organisasi individu; lihat Tabel 3.1).
Penghitungan ulang menyatakan bahwa anggota organisasi harus
mendapatkan penghargaan atas pekerjaan mereka dengan gaji dan tunjangan materi
lain (bonus, bagi laba, pembagian saham) yang sesuai dengan produktivitas
pekerjaan mereka. Prinsip ini didasarkan pada pernyataan bahwa anggota
organisasi bisa dipicu secara meterial sehinga kinerja mereka bergantung kepada
jumlah penghitungan uang yang mereka terima dari perusahaan.
Sentralisasi kekuasaan menyatakan bahwa kinerja organisasi bisa
sukses ketika adanya kontrol ketat terhadap aktivitas anggota organisasi dari
administrasi pusat dan desentralisasi proses organisasi tidak bisa berkembang
pada suatu titik di mana proses itu tidak berada dalam pengawasan hirarki
langsung. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan
prinsip birokrasi “hirarki“ Weber; lihat Tabel 3.1).
Perintah mengarahkan organisasi, perencanaan, dan klasifikasi
aktivitas dengan jelas. Prinsip ini menekankan bahwa tidak ada yang boleh
disisakan dalam perubahan organisasi. Semua aktivitas organisasi beserta
prosesnya harus dirancang dengan jelas dan dipadukan ke dalam tujuan formal
organisasi. (Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan
prinsip birokrasi “kaidah, aturan dan prosedur yang diformalisasikan“ Weber;
lihat Tabel 3.1).
Ekuitas menyatakan bahwa semua anggota organisasi harus
diperlakukan secara adil. Kaidah dan panduan yang ditetapkan secara obyektif
harus bisa digunakan untuk mengatur personil organisasi. (Untuk mengetahui
seberapa jauh kesamaan prinsip tersebut dengan prinsip birokrasi “kaidah,
aturan dan prosedur yang diformalisasikan“ Weber; lihat Tabel 3.1).
Stabilitas kedudukan menyatakan bahwa anggota organisasi
membutuhkan waktu khusus untuk belajar menyelesaikan tugas yang dibebankan
kepada mereka, dan selama mereka mampu melakukannya dengan baik, maka pekerjaan
dan posisi mereka akan tetap aman dalam organisasi.
Inisiatif menyatakan bahwa anggota organisasi harus mampu
bekerja dengan perhatian yang terbaik bagi organisasinya. Para
manajer harus mengetahui tugas yang akan diselesaikan dan mengarahkan aktivitas
“bawahan” untuk memenuhi tugas-tugas tersebut.
Semangat kesatuan menyatakan bahwa tujuan organisasi bisa
dicapai dengan sukses ketika anggota merasa bangga terhadap organisasinya.
Fayol menekankan pentingnya loyalitas dan komitmen emosional anggota organisasi
terhadap organisasi mereka.
Lini dan fungsi staf mengidentifikasi kebutuhan personil dengan
dukungan khusus (staf) untuk membantu manajer yang memiliki tanggung jawab
utama dalam membuat keputusan dan mengarahkan aktivitas untuk mencapai tujuan
organisasi (lini). Anggota staf yang menangani masalah tehnik, administrasi,
personil dan masalah lain membantu manajer lini untuk bebas dari detail
administrasi sehingga dengan demikian mereka dapat memfokuskan perhatianya
dalam mengarahkan pencapaian tujuan organisasi .
Adalah suatu hal yang mudah untuk melihat banyak kesamaan yang terdapat
di antara teori birokrasi Weber dan teori administrasi Fayol (Tabel 3.1).
keduanya berusaha meningkatkan logika, perintah dan struktur dalam organisasi.
Teori administrasi dikembangkan sebagai panduan preskriptif bagi manajemen
organisasi industri sesuai penggunaan kaidah dan otoritas secara langsung. Di
sini diperlihatkan kekuatan dan kelemahan dari teori administrasi. Prinsip
dasar preskriptif dari teori administrasi membuat teori tersebut sangat
pragmatis dan dapat diaplikasikan pada organisasi bisnis. Sebelumnya, karena
tidak ada prinsip manajemen universal yang dapat diaplikasikan secara merata
pada semua situasi organisasi, prinsip teori administrasi dapat disalahartikan,
bertentangan dan tidak sesuai dalam penggunaannya ketika berhubungan dengan
masalah-masalah organisasi yang berbeda. Di samping itu, seperti yang akan kita
bahas secara mendalam pada bagian akhir bab ini, prinsip teori administrasi,
seperti prinsip birokrasi, sering dihubungkan sebagai bentuk yang kaku dan
tidak peka terhadap kebutuhan anggota organisasi.
Teori Administrasi Negara
Pendefinisian mengenai teori telah disampaikan oleh beberapa ahli. Salah
satunya menurut Kerlinger, ia menyatakan bahwa teori adalah serangkaian
konstruk atau konsep yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang
fenomena dengan focus yang merinci hubungan antar variable, dengan tujuan
menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut. Sementara itu, menurut Moh. Nazir
ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk mengenal teori, yaitu; a. teori
merupakan seperangkat proposisiyang terdiri dari konsep yang sudah
didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam seperangkat
proposisi tersebut. b. teori menjelaskan hubungan antar variable atau antar
konsep sehingga pandangan terhadap suatu fenomena dapat diterangkan oleh
variable dengan jelas.
Fungsi teori menurut Walter L. Wallace yaitu : 1). Menjelaskan
generalisasi empiris yang telah diketahui, yakni meringkaskan masa lalu suatu
ilmu. 2). Meramalkan generalisasi empiris yang belum diketahui, yakni
mengarahkan masa depan suatu ilmu. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa teori adalah pernyataan atau konsep yang telah diuji
kebenarannya melalui riset.
Berkaitan dengan masalah Administrasi, Herbert A. Simon mendefinisikan administrasi sebagai kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Selanjutnya menurut Syafi’ie Publik adalah sejumlah manusia yang mempunyai kesamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik.
Pemikiran tentang administrasi dan manajemen selalu diawali oleh hasil pemikiran Henry Fayol dan Frederick W. Taylor. Tiga hal yang dikemukakan oleh Fayol terkait administrasi dan manajemen adalah aktivitas organisasi, fungsi atau tugas pimpinan, dan prinsip-prinsip administrasi atau manajemen.
Berkaitan dengan masalah Administrasi, Herbert A. Simon mendefinisikan administrasi sebagai kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Selanjutnya menurut Syafi’ie Publik adalah sejumlah manusia yang mempunyai kesamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik.
Pemikiran tentang administrasi dan manajemen selalu diawali oleh hasil pemikiran Henry Fayol dan Frederick W. Taylor. Tiga hal yang dikemukakan oleh Fayol terkait administrasi dan manajemen adalah aktivitas organisasi, fungsi atau tugas pimpinan, dan prinsip-prinsip administrasi atau manajemen.
Fayol mengemukakan sebanyak 14 prinsip administrasi yaitu sebagai berikut
:
1.
Pembagian pekerjaan, spesialisasi ini dapat
meningkatkan hasil yang membuat tenaga kerja lebih efisien.
2.
Wewenang, wewenang akan membuat mereka melakukan
sesuatu dengan baik.
3.
Disiplin, tenaga kerja harus melaksanakan aturan yang
ditentukan organisasi.
4.
Kesatuan komando, setiap tenaga kerja hanya menerima
perintah dari yang berkuasa.
5.
Kesatuan arah, aktivitas organisasi yang setujuan dapat
diperintah oleh manajer menggunakan satu rencana
6.
Mengalahkan kepentingan individu untuk kepentingan
bersama
7.
Pemberian upah terhadap pekerja harus sesuai dengan
pelayanan mereka
8.
Pemusatan, berhubungan pada keterlibatan dalam
pengambilan keputusan
9.
Rentang kendali, garis wewenang dari manajemen puncak
pada tingkatan dibawahnya merepresentasikan rantai scalar
10. Tata
tertib, orang dan bahan-bahan dapat ditempatkan dalam hal yang tepat dan dalam
waktu yang tepat
11. Keadilan,
manajer dapat berbuat baik dan terbuka pada bawahannya
12. Stabilitas
pada jabatan personal,
13. Inisiatif,
tenaga kerja yang menyertai untuk memulai dan membawa rencana yang akan menggunakan
upaya pada tingkat tingg
14. Rasa
persatuan, kekuatan promosi tim akan tercipta dari keharmonisan dan kesatuan
dalam organisasi.
Sementara
Herbert Simon membagi empat prinsip administrasi yang lebih umum, yaitu :
1.
Efisiensi administrasi dapat ditingkatkan melalui
spesialisasi tugas
2.
Efisiensi administrasi dapat ditingkatkan dengan
anggota kelompok didalam suatu hirarki yang pasti
3.
Efisiensi administrasi dapat ditingkatkan dengan
membatasi jarak pengawasan pada setiap sector dalam organisasi
4.
Efisiensi administrasi dapat ditingkatkan dengan
mengelompokkan pekerjaan.
Teori administrasi telah dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya
William L. Morrow, Stephen P. Robbins, K. Bailey, dan Herbert A. Simon.
Menurut William teori administrasi adalah sebagai berikut:
Menurut William teori administrasi adalah sebagai berikut:
1.
Teori
deskriptif, yaitu teori yang menggambarkan sesuatu yang nyata terjadi dalam
organisasi dan memberikan postulat mengenai factor yang mendorong orang
berperilaku.
2.
Teori perspektif, teori yang menggambarkan
perubahan-perubahan dalam arah kebijakan public dengan mengeksploitasi
birokrasi.
3.
Teori normative,
teori yang mempersoalkan masalah peranan birokrasi. Apakah peranan tersebut
dipandang dalam pengembangan kebijakan dan pembangunan politik,atau peranan
birokrasi seharusnya dimantapkan, diperluas atau dibatasi.
4.
Teori asumtif,
yakni teori yang memusatkan perhatiannya pada usaha-usaha untuk memperbaiki
praktik administrasi.
5.
Teori instrumental,
adalah teori yang bermaksud untuk melakukan konseptualisasi mengenai cara-cara
untuk memperbaiki teknik manajemen dengan menekankan alat, teknik, dan peluang
sehingga dapat dibuat sasaran kebijakan secara lebih realistis.
Teori administrasi menurut Stephen yaitu sebagai berikut:
1.
Teori hubungan manusia, teori ini awalnya dirintis oleh
Elton Mayo untuk menguji hubungan antara produktivitas dengan lingkungan fisik.
2.
Teori pengambilan keputusan, teori ini berasumsi bahwa
yang menjadi inti administrasi adalah pengambilan keputusan.
3.
Teori perilaku, teori ini memahami akan pentingnya
factor perilaku manusia sebagai alat utama dalam upaya mencapai tujuan.
4.
Teori system, teori yang memandang organisasi sebagai
suatu system yang menampilkan karakteristik sebagai penerima masukan, pengolah,
dan penghasil kebijakan.
5.
Teori kontingensi, teori ini diangkat untuk mencari
beberapa karakteristik umum yang melekat pada situasi-aituasi tertentu yang memungkinkan
melakukan kualifikasi pada situasi khusus.
Teori administrasi menurut K. Bailey yaitu sebagai berikut:
1.
Teori deskriptif, teori yang mendeskriptifkan struktur
bertingkat dan berbagai hubungan dengan lingkungan kerjanya.
2.
Teori normatif, teori yang mengutamakan nilai-nilai
pada penyelenggara administrasi.
3.
Teori asumtif, yakni teori yang memahami realitas
seorang administrator.
4.
Teori instrument, yaitu peningkatan teknik-teknik
manajerial dalam rangka efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan public.
Sementara itu Herbert Simon mengatakan bahwa teori administrasi pada
hakekatnya menyangkut batas-batas aspek perilaku manusia yang rasional dan yang
tidak rasional. Teori ini menurutnya juga merupakan teori rasionalitas yang
diharapkan dan terbatas teori mengenai perilaku manusia yang mementingkan
kepuasan karena ia tak memiliki kecerdasan untuk berusaha mencapai titik
maksimum.\
Jadi dapat dikatakan bahwa teori administrasi public adalah serangkaian
konsep yang berhubungan dengan kepublikan yang telah diuji kebenarannya melalui
riset, untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar